Author : EunHaeMi
Tittle :안녕이라고 말하지마 (Dont say goodbye) !
Cast :
Park Hie Mi (Author)
Lee Changsun (Lee-joon MBLAQ)
Support Cast :
Park Hee Rin
Lee Junho (Junho 2PM)
Others
Genre : Romance, Hurt and Sad
Length : Oneshoot
Rating : Teen (PG-17) tapi dikit ye, ga banyak yadong-,-
Recommended song :
Davichi – Don`t say good bye
2AM – Even if I die, I can`t let you go
Summary : jika kau mau pergi meninggalkanku, sembuhkan dulu hatiku
biar aku tidak merasakan sakitnya, jadi aku bisa tetap hidup..
PLAGITOR PLESE GO OUT!! DON`T BE A SILENT READER!! ^^
-___________________________________________________-
“kajja!”
“shireo.. kajima.. kajima-ah.. kajima-ah..”
-____________________________________________________-
Author POv
Perlahan matahari mulai tenggelam di peraduan awalnya. Langit senja
berubah menjadi gelap saat matahari benar-benar sudah tenggelam. Langit
malam ini benar-benar sempurna. Bintang-bintang bertaburan dan bersinar
cukup terang, pengganti matahari. Di satu sisi, terlihat sesosok namja
masih sibuk dengan teropong dan buku yang ia bawa. Ya, tugasnya malam
ini masih belum selesai. Ia masih harus meneliti keadaan langit malam
itu.
“huh..” lirih namja itu perlahan. Tak biasanya ia bekerja
sampai larut begini. Di liriknya jam yang menggantung indah di sudut
ruang kerjanya. Ia mendesah. Pukul 11malam, harusnya ia sudah tidur
sekarang atau bahkan sudah bermimpi.
Tak berselang lama, namja
ini bangkit dari duduknya, ia memutuskan untuk pergi keluar sebentar.
Refreshing untuk menjernihkan kembali otaknya yang kacau saat ini.
Ia melangkah menuruni tangga dengan perlahan. Menghirup udara malam
yang segar. Walaupun sebenarnya itu tidak baik untuk kesehatannya. Tapi
ya sudahlah, otaknya benar-benar butuh penyegaran sekarang. Ia
mengernyitkan dahi ketika menemui plastik hitam besar yang –sedikit-
bergerak di dekat kotak sampah di ujung tangga rumahnya itu. Di
senggolnya plastik hitam itu dengan kakinya. Plastik itu bergerak lagi.
Ia makin penasaran. Dibukanya plastik hitam besar itu.
“hah..”
pekik namja itu ketika mendapati sesosok yeoja lemah di dalam plastik
hitam itu. Saking terkejutnya, tubuhnya itu terpental agak jauh dari
plastik hitam itu. Jantungnya berdegup dengan cepat. Nafasnya tak
karuan kini. “apakah yeoja ini masih hidup? Kalau iya, apa yang harus ku
lakukan sekarang?” pikir namja itu. Di dekatinya plastik hitam itu
lagi. Sepertinya ia harus menyelamatkan yeoja ini. jika bukan dia siapa
lagi. Karena plastik hitam itu ada di halaman rumahnya. Tentu saja sudah
menjadi tanggung jawabnya. Ketentuan hidup yeoja ini ada ditangannya
sekarang.
Namja itu berusaha mengeluarkan yeoja itu dari dalam
plastik hitam besar yang membungkusnya. Di angkatnya tubuh yeoja itu
perlahan. Lalu dengan sekuat tenaga dibawa masuknya yeoja itu ke
rumahnya. Walaupun berat, namja ini tetap berusaha membawa yeoja itu
masuk.
Setelah beberapa lama namja itu berusaha, akhirnya ia
berhasil juga membawa yeoja itu masuk. Di baringkannya yeoja itu diatas
tempat tidurnya. Dengan sedikit susah payah tentunya. Di tatapnya yeoja
itu dengan lekat. Wajahnya lusuh serta pakaian yang ia gunakan
benar-benar memperihatinkan. Huh.. Setelah membaringkan yeoja itu, namja
ini mengambil bantal dan selimut dari dalam lemari. Lalu ia melangkah
menuju sofa dan tidur disana. Ia benar-benar tak tau harus bagaimana
memperlakukan yeoja asing itu..
-__________________________________________________-
Hari berganti. Gelapnya malam bergulir perlahan. Diikuti sinar
matahari yang bertukar posisi dengan bulan. Angin pagi yang menyegarkan.
Begitu juga kicauan burung-burung kecil menyambutnya pagi ini. Namja
itu membuka matanya dan melihat sekelilingnya. Yeoja itu. Masih tertidur
lelap di atas tempat tidur namja ini.
“wajahnya, kenapa mirip
dengan yeojachinguku yang menghilang itu?” lirih namja ini perlahan.
Wajah yeoja itu benar-benar mengingatkannya pada yeojachingunya yang
kini entah berada dimana. Sudah 1bulan ini ia menghilang tanpa jejak.
Bahkan tanpa memberi tahu namja ini sekalipun. Benar-benar menyakitkan.
Namja ini bangkit dari tidur singkatnya dan memilih untuk membersihkan
dirinya dulu. Baru setelah itu menyiapkan sarapan dan memulai
kegiatannya lagi. Apa lagi kalau bukan bekerja.
-_________________________________________________-
Lee Joon POv
Aku membuka mataku perlahan dan melihat sekelilingku. Yeoja itu.
Masih tertidur lelap di atas tempat tidurku. Aku menghela nafas berat.
“wajahnya, kenapa mirip dengan yeojachinguku yang menghilang itu?”
lirihku perlahan. Wajah yeoja itu benar-benar mengingatkanku pada
yeojachinguku yang kini entah berada dimana. Sudah 1bulan ini ia
menghilang tanpa jejak. Bahkan tanpa memberi tahuku sekalipun.
Benar-benar menyakitkan.
Aku bangkit dari tidur singkatku ini
dan memilih untuk membersihkan diriku dulu. Baru setelah itu menyiapkan
sarapan dan memulai kegiatanku lagi. Apa lagi kalau bukan bekerja. Huh!
Setelah semuanya beres, aku membuka laptopku dan mulai mengerjakan
tugas-tugasku yang menumpuk itu. Huh! Beginilah rutinitasku setiap hari.
Bekerja dan trus bekerja. Lelah rasanya. Bahkan karena terlalu sibuk
dengan pekerjaanku ini, aku selalu saja lupa untuk mencari
yeojachinguku, Hee Rin. Padahal aku sangat merindukannya yang kini entah
berada dimana.
-________________________________________-
Yeoja itu bangun dari tidurnya. Ketika aku tengah sibuk dengan
laptopku. Ia menatapku heran. Mengisyaratkan seakan -siapa dia?- . Aku
menatapnya lalu tersenyum.
“oh, annyeong haseyo..” ujarku pada
yeoja asing ini. dia menatapku lalu seakan hendak menjauh dariku. Aku
tertawa. “haha kau tidak perlu takut padaku.. aku bukan orang jahat yang
akan melukaimu..” ujarku lagi. Dia berdiri lalu membungkukan tubuhnya.
“gamshamnida..” lirih yeoja itu. Aku mengangguk.
“tak perlu sungkan padaku. Jika kau perlu sesuatu katakan saja..”
ucapku. Yeoja itu tersenyum. “apa kau lapar?”. Ia mengangguk lemah.
“baiklah, akan ku ambilkan makanan untukmu.. kau tunggu sebentar..”.
Aku melangkahkan kakiku menuju dapur. Mengambil makanan untuk yeoja
itu. Beberapa mangkuk sup dan daging serta nasi. Ku rasa ini sudah
cukup. Kelihatannya eoja itu perlu banyak makan. Lihat saja wajahnya,
pucat. Serta tubuhnya yang ya bisa dibilang kurang berisi.
Aku
kembali dari dapur sambil membawa beberapa bawaan –makanan-. Dan
meletakannya di atas meja makan. Rupanya yeoja itu telah menungguku di
meja makan. Ia nampak sangat kebingungan ketika aku membawa banyak
makanan. Matanya tak henti mengamati makanan demi makanan yang ku bawa.
“silahkan dimakan..” ucapku padanya. Ia mulai mengambil mangkuk nasi
serta sendok. Perlahan ia mulai memasukkan sesendok demi seseondok nasi
serta lauk itu ke mulutnya. Aku memperhatikannya. Sudah berapa lama
yeoja ini tidak makan? Sepertinya ia nampak kelaparan sekali.. Gumamku.
Aku jadi teringat akan sesuatu. Kenapa aku tidak membawakannya segelas
air? Bagaimana jika nanti ia tersendak? Ah.. begitu bodohnya aku kenapa
hal sepele seperti itu saja bisa terlupakan.
Aku kembali menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral untuknya. Lalu kembali lagi ke meja makan.
“apa masakanku enak?” tanyaku. Yeoja itu mengangguk lalu meneruskan makannya. “baguslah.. habiskan..”.
Ku lirik ia yang sedang sibuk mengunyah makanan. Yeoja seperti dia
kenapa bernasib malang seperti ini? ah.. siapa orang yang tega berbuat
seperti itu padanya? Terkutuklah dia! Err!
“mm.. kenapa kau bisa
ada di dalam plastik hitam itu?” tanyaku halus. Aku berusaha
memberanikan diriku menanyakan sebuah pertanyaan yang sedari tadi
menggangu fikiranku. Entah kenapa, pertanyaan itu begitu ingin ku
tanyakan.
Yeoja itu berhenti mengunyah makanannya. Dan menatapku
nanar. Matanya nampak berair. Aku terbelalak. Apa yang ku ucapkan ini
salah? Apa aku tak boleh tau? Huh!
“nan mollayo..” lirihnya. Eh?
Apakah dia benar-benar tidak tau atau hanya ingin sengaja menutupinya?
Kenapa wajahnyaa terlihat ketakutan begitu? Sepertinya ada yang tidak
beres. Mungkin dia sengaja dibuang. Tapi kenapa harus didepan rumahku?
Aku kan tidak mengenalnya. “mianhae, jeongmal mianhae aku banyak
merepotkanmu..” lirihnya lagi. Aku tersadar dari lamunanku ketika
mendengar suara yeoja itu. Dia menangis. Hmm.. aku salah bicara
sepertinya..
“aniya.. sudahlah jangan menangis! Anggap saja aku ini sahabatmu. Arraseo?”
“arraseo!” ucapnya. Dia makan begitu bersemangat. Hingga aku melihat
sisa nasi berada di sekitar mulutnya. Dia seperti anak kecil, makan saja
belepotan. Haha. “waeyo kau tertawa seperti itu? Ada yang aneh
denganku?” Tanya yeoja itu ketika mendapati aku menertawainya. Aku
terdiam. Entah dorongan darimana, tanganku ini membersihkan sisa nasi di
sekitar mulutnya. Dia terbelalak. Menundukan wajahnya hingga beberapa
saat.
“mianhae..” ucapku. Dia menggeleng lalu tersenyum.
Kenapa rasanya damai sekali saat aku melihat senyumnya? Ah.. tak boleh!
Dia orang asing yang baru ku kenal. Jangan sampai benar-benar terjadi
apa yang ku takutkan. Ya tuhan, tolong aku!.
-_____________________________________________-
“gamshamnida.. aku sudah kenyang sekarang..”. Ia tersenyum menatapku
yang saat itu tengah sibuk dengan bukuku. Aku membalas senyumannya.
“biar lebih akrab, panggil aku Lee Joon..”
“baiklah.. kalau begitu kau panggil aku Hie Mi.. ” lagi-lagi ia
tersenyum. Dan senyum mautnya itu berhasil membuat aliran darahku
berhenti sebentar. Rasanya ada yang menyambar jantungku. Sakit! Ya
tuhan! Senyumnya mirip sekali dengan Hee Rin. Apakah mereka ini kembar
atau hanya kebetulan saja? huh! “Joonie-ah, gwaenchanayo?”.
“eh, gwaenchana.. mm.. sepertinya kau harus membersihkan dirimu.. apa
kau nyaman seperti itu?” ujarku mengalihkan pembicaraan. Yeoja itu
melirik dirinya sendiri. Lalu mendengus perlahan.
“aku tidak punya baju untuk mengganti bajuku yang kotor ini..”
“mm.. pakailah dulu kemejaku yang ada di lemari. Daripada kau trus seperti ini?”
“tapi, aku tak mungkin trus-trusan memakai pakaianmu..”
“tak usah terlalu di fikirkan.. besok kita akan belanja beberapa baju
untukmu.. arraseo..” ucapku meyakinkannya yang terlihat bimbang itu.
“aku terlalu merepotkanmu..” lirih yeoja itu.
“aissh! Sudahlah! Kau tidak merepotkanku..”
“huh! Baiklah kalau begitu aku mandi dulu.. rasanya benar-benar tidak
enak..”. yeoja itu bangkit dari duduknya. Dan membawa piring serta
mangkuk bekas makannya ke dapur. Dibersihkannya perlatan makan itu. Aku
memperhatikannya. Kenapa rasanya begitu sakit? Sakit sekali! Hee
Rin-ah.. kembalilah.. neomu bogoshippoyo..
Aku mendengus.
Sikapnya tak beda jauh dengan Hee Rin, bahkan wajahnya pun hampir mirip.
Akankah dia jelmaan Hee Rinku yang saat ini entah berada dimana. Huh!
Sudahlah lebih baik aku meneruskan sisa pekerjaanku lama-lama
memikirkannya bisa membuatku gila.. err!
-____________________________________________-
Beberapa menit berlalu, aku masih berkutat dengan map besar yang
tertempel di dinding rumahku. Seketika pandanganku beralih pada yeoja
itu. Ia baru selesai mandi dan mengibaskan rambut panjangnya yang basah
itu. Sesekali juga dielapnya dengan handuk kecil yang ia bawa. Satu hal,
Ia mengenakan kemeja putih milikku dan kemeja itu hanya berjarak
2jengkal dari pinggangnya. Eoh, mengundang nafsu saja dia itu.
DEG!
Kenapa lagi-lagi rasanya seperti ini? jantungku terasa seperti disambar
sesuatu. Melihatnya seperti itu. Err!! Aku menggeleng cepat. Aku tidak
boleh sampai tergoda dengan nafsuku ini. ingat! Aku tak mengenalnya! Dia
itu yeoja asing! Err!.
Aku menghela nafas ketika yeoja itu
berlalu. Menjauhkan pandanganku darinya dan kembali fokus dengan apa
yang sedang ku kerjakan. Ah! tapi sama saja. Kerongkonganku malah terasa
kering setelah melihatnya tadi. Sepertinya aku butuh segelas air atau
bahkan lebih!.
Aku melangkah ke arah dapur, berniat
mengambil segelas air putih untuk membasahi kerongkonganku ini. huh!
kenapa lagi-lagi aku melihatnya? Aaa yeoja itu benar-benar merusak
otakku!! Lebih baik aku menyuruhnya berganti pakaian daripada aku makin
gila dibuatnya.
“Hie mi-ah, pakailah ini.. sepertinya
kemejaku kurang nyaman untukmu..”. aku menyerahkan sebuah kotak yang
berisi beberapa pakaian. Yeoja itu menatapku.
“eoh, sangat tidak nyaman..”
“kalau begitu gantilah..”
“tapi, kau dapatkan baju ini darimana? Bukankah kita baru akan
membelinya besok?” Tanya yeoja itu dengan tatapan heran. aku tersenyum.
“aku memesannya dari nunaku. Sudahlah pakai saja. melihatmu memakai
kemejaku sangat menganggu..” ucapku. Yeoja itu menatapku. Dan
mengernyitkan alisnya. Aku menutup mulutku. Sial! Aku salah bicara!
“mwoya?”
“ah, aniya.. jangan hiraukan kata-kataku barusan.. itu tidak
penting..” ujarku meyakinkannya. Dia mengangguk. Mengambil kotak
pemberianku dan membawanya menuju kamar mandi. Yah, kurasa ini lebih
baik dibandingkan dia harus mengenakan pakaianku. Itu menyiksa mataku!
-________________________________________________-
Hari demi hari begitu cepat berlalu. Tidak terasa. Yeoja itu sudah
hampir satu bulan tinggal bersamaku. Awalnya aku merasakan sakit yang
teramat, tapi lama kelamaan aku bahagia. Bahkan rasanya seperti
menemukan sosok baru yang sangat ku nantikan kehadirannya. Yeoja itu
mampu membuatku –sedikit- melupakan yeojachinguku yang menghilang itu.
Huh! Matahari bersinar begitu indahnya. Pancaran cahaya surya
menyelusup kesetiap sudut rumahku. Aku membuka jendela rumahku.
Menghirup udara musim semi yang begitu segar. Bau khas bunga-bunga yang
baru bermekaran. Sepertinya ini hari yang tepat untuk mengajaknya pergi.
Sekedar berkemah di padang ilalang.
“Hie Mi-ah, ayo kita
berkemah..” ujarku padanya yang saat itu tengah menonton televisi. Ia
mematikan televisinya dan menatapku.
“jinjayo?”
“ne!! kau siapkan makanan biar aku yang menyiapkan tenda serta barang bawaan lainnya. Arraseo?”
“arraseo!!” ucapnya. lekukan siluet indah membentuk senyuman terukir
di bibirnya. Aku pun ikut tersenyum karenanya. Manis sekali.
Yeoja itu melangkah menuju dapur dan sepertinya tengah sibuk dengan
barang-barang yang akan ia bawa. Kalau begitu aku juga akan menyiapkan
barang-barang lainnya. Lebih cepat lebih baik..
Setelah beberapa
barang siap, kami berangkat menuju padang ilalang yang jaraknya tak
seberapa jauh dari rumahku. Tak butuh waktu lama kami berdua tiba
disana. Yeoja itu turun. Dan merentangkan tangannya. Ia menjerit.
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa….” Jeritnya dengan suara lengkingan. Aku tertawa melihat tingkahnya itu. Seperti anak kecil.
“hey, apa kau tak mau membantuku membereskan beberapa barang-barang ini?” tanyaku. Ia menatapku lalu tertawa.
“haha mianhae aku terlalu terpukau dengan padang ilalang ini. tentu
saja aku akan membantumu! Mana mungkin aku membiarkanmu mengerjakannya
sendiri..” ujarnya. Yeoja itu mengeluarkan barang-barang yang kami bawa
dari dalam mobil. sedangkan aku, mendirikan tenda serta mendirikan
teropongku di dekat tenda kami.
“Joonie-ah, aku sudah
selesai..” yeoja itu mengagetkanku. Dia memelukku dari arah belakang.
Rasanya hangat sekali. Aku merasakan detakan jantungku yang tak karuan.
Yeoja ini selalu bisa membuat jantungku serasa ingin lompat dari
tempatnya.
“kerja yang bagus..”. aku membalikan wajahku. Dan
DEG! Wajah kami berhadapan. Sekitar beberapa menit aku berhasil
menikmati wajahnya. Pipi yeoja itu nampak memerah dan dia memalingkan
wajahnya. Mulai berlari menjauhiku dan mengelilingi padang ilalang.
Ia berlari kesana-kemari bak penari balet. Tangannya digerakkan serta
tubuhnya berputar-putar. Sambil sesekali ia memainkan rok panjangnya.
Ah! benar-benar seperti seorang penari balet. Ia juga melambaikan
tangannya ke arahku.
“Joonie-ah, kemarilah!!” pekiknya. Aku menggeleng sembari mengelap lensa demi lensa teropongku.
“nikmatilah..” balasku tak kalah kuat. Ia nampak tersenyum dan melakukan kegiatannya lagi.
-____________________________________________-
Pagi pun berganti senja. Matahari nampak mulai kembali ke peraduannya
setelah sekian lama menerangi bumi. Udara dingin pun mulai berhembus.
Dinginnya menusuk hingga ketulang. Aku merapatkan lagi jaket yang ku
kenakan. Begitu juga yeoja itu. Ia nampak mengusap-usap kedua telapak
tangannya, berusaha menghangatkan tubuhnya.
“apa kau masih
merasakan kedinginan?” tegurku saat ia tengah mengusap telapak
tangannya. Ia menatapku lalu mengangguk. Entah dorongan darimana aku
memeluknya. Erat. Dia terdiam beberapa saat. Lalu menatapku. “waeyo? Ada
yang aneh?” tanyaku.
“ah, aniya.. aku hanya kaget kau memelukku..”
“mulai sekarang aku harus terbiasa..”
“maksudmu?”
“hh.. karena sekarang.. kau..” ucapku terbata. Kenapa sulit mengatakannya? Padahal saja aku sudah berlatih tadi malam.
“sekarang apa?” tanyanya yang semakin penasaran karena perkataanku.
“maukah kau menjadi yeojachinguku?” tawarku padanya. Rasanya gugup
sekali mengatakan ini. padahal saja aku sudah sering mengatakan ini pada
yeoja lain. Tapi kenapa hanya padanya aku merasa gugup seperti ini?.
Yeoja itu menatapku lekat. Menatap kedua bola mataku. Mungkin dia
mencari kebohongan dari mataku ini. Tapi percuma saja. aku benar-benar
serius kali ini.. dia takkan menemukan kebohongan itu.
“eottohke?” tegurku. Dia nampak begitu kaget. Lalu dengan senyum
khasnya ia mengangguk. Eoh, bahagianya aku! Akhirnya tak sia-sia aku
mengatakannya. Tapi, kenapa rasanya sesak lagi? Huh! Aku lupa.. aku kan
masih punya yeojachingu! Walaupun dia menghilang dan sekarang entah
dimana, tapi tetap saja dia itu yeojachinguku karena belum ada kata
–putus- diantara kami. Aaah! Ini kesalahan fatal! Aku menjambak rambutku
frustasi.
“gwaenchanayo?”
“eoh, ne gwaenchana.. apa
kau lapar chagi?” deg! Ini pertama kalinya aku memanggil yeoja lain
dengan sebutan chagi selain pada Hee Rin. Rasanya berbeda, memang.
“sangat lapar!”
“kalau begitu, mari kita makan..”
Yeoja itu mengeluarkan alat panggangan yang ia bawa serta beberapa
kotak daging. Heum, ia nampak kelelahan membawa beberapa barang itu. Aku
meliriknya. Reflek saja hatiku ini mendorongku untuk membantunya.
Kami berdua mengangkat panggangan itu bersamaan. Setelah semua
selesai. Ia mulai memanggang beberapa daging. Dan menunggunya hingga
matang. Sedangkan aku, membantunya menghidupkan arang.
“lihat
ini sudah matang..” ujarnya sambil mengambil daging itu dan
menyuapkannya ke mulutku. Aku membuka mulutku. “eottohke? Enak tidak?”
tanyanya.
“aniya!” ucapku sambil tertawa. Ia memukul punggungku dengan sumpit.
“kau ini!!”
“haha aku bercanda chagi.. daging ini enak kok.. apalagi jika kau yang memasaknya..”
“berhenti menggombal! Cepat balik daging itu.. awas sampai gosong.. ku
telan kau..” ancamnya padaku. Aku tertawa mendengar ancamannya barusan.
“jangan tertawa! Tidak ada yang lucu..”. Kami berdua pun sibuk dengan
acara makan-makan kami.
“cepat buka mulutmu..” pintaku
padanya. Dia membuka mulutnya dan aku menyuapinya. Ia nampak mengipasi
mulutnya dengan tangannya. Ku rasa daging yang ku suapi itu masih panas.
Aku memberikannya sekaleng soda yang baru ku minum. Penghilang panas
sesaat lah.
“ya! Panas..”
“mianhae.. aku tak tau..”.
lagi-lagi dia memukulku. Walaupun rasanya tidak sakit. Tapi kenapa
hatiku begitu sakit. Apa karna pilihanku yang salah ini? eoh..
-________________________________________-
Makin lama udaranya terasa semakin dingin. Aku lebih merapatkan
jaketku lagi. Ku lirik yeoja itu yang tengah duduk di kursi sambil
memeluk erat tubuhnya. Telapak tangannya tak henti-hentinya mengelus
tangannya. Sesekali juga yeoja itu membuang nafas melalui mulutnya.
“kemarilah..” uajrku padanya. Dia menatapku. Lalu menghampiriku dan
duduk dipangkuanku. aku mengamati setiap lekukan wajahnya. Sesuatu
mendorongku. Mendorongku untuk mendekatkan wajahku ke arahnya. Perlahan
tapi pasti. Wajah kami berdekatan dan semakin dekat. Ia memejamkan
matanya. Aku memberanikan diri memulainya. Ya tuhan! CUP! Bibirku
mencium bibirnya. Melumatnya dengan lebut dan cukup lama. Hosh! Nafas
kami terdengar begitu tersengal. Ia melapskan ciuman kami. Sepertinya ia
kehabisan nafas. Kami berdua sama-sama tertunduk. Ia menyikut dadaku
dan tersenyum. Akupun ikut tersenyum.
“sudah hampir malam.. ayo kita pulang..” ajakku. Dia yang berada dipangkuanku nampak terkejut.
“secepat inikah?”
“ya! Apa kau mau bermalam ditempat seperti ini?” tanyaku. dia menggeleng cepat. “kalau begitu ayo kita pulang, aku lelah..”
“baiklah..”
Kami pun membereskan barang bawaan kami dan bersiap pulang ke rumah.
Hari ini sungguh melelahkan bahkan menyakitkan juga untukku. Hee Rin-ah,
mianhae..
-____________________________________________-
Hie Mi POv
Setelah kejadian perkemahan kemarin, aku semakin dekat dengannya.
Bahkan aku tidak menyangka bahwa ia akan menyatakan cinta padaku. Heuh!
Ini hal yang aku inginkan. Karena sejak awal aku melihatnya, aku mampu
tersenyum. Namja itu benar-benar mampu membuatku melupakan kisah sedih
hidupku bersama namja bernama Junho itu. Aku takut. Takut jika Junho
trus saja mencariku. Dan aku takut jika kembali padanya dia akan
menyiksaku. Bahkan luka fisik yang ia buatpun masih membekas di tubuhku.
Batinku pun ikut terluka karena itu. Sungguh perih derita hidup yang
harus ku tanggung ini. kenapa ini harus terjadi padaku? Akankah tuhan
tidak menyayangiku? ..
Aku kembali dari supermarket dan
membeli beberapa stok makanan untuk bulan depan. Aku melangkahkan kakiku
mencari dimana namja itu berada. Dan ya, aku menemukannya. Tengah
tertidur dimeja kerjanya. Huh, nampaknya ia lelah sekali. Pekerjaan itu
mungkin tengah menyita waktu istirahatnya.
Aku mengambil
selimut dan merentangkannya di atas punggungnya. Sambil tersenyum. oh
tuhan, ini kebahagiaan yang sempurna, gumamku.
Pandanganku
sontak teralih pada album foto yang terbuka. Aku mengambilnya dan mulai
meperhatikan wajah-wajah yang terdapat dalam album itu. DEG! Jantungku
terasa terhenti ketika melihat isi album foto itu. Lee Joon bersama
seorang yeoja? Siapa yeoja ini? apakah dia yeojachingu terdahulunya Lee
Joon? Heuh! Apa-apaan ini? apakah dia mempermainkanku? Semoga saja
tidak. Aku berharap foto yeoja di album itu eonninya atau sepupunya Lee
Joon.
Aku beralih dari meja kerja Lee Joon. Dan lebih memilih
menonton televisi. Mungkin dengan ini perasaanku bisa kembali normal.
-____________________________________-
Lee Joon POv
Aku membersihkan lensa demi lensa teropongku yang sudah lama tak ku
bersihkan ini. entah sudah berapa minggu atau mungkin sudah
berbulan-bulan.
Ibyeoti mwonji naneun mollayo
Geunyang seoreobgo seoreowo
Tiba-tiba ponselku berdering.. aku meliriknya dan mendapati sebuah
nomor asing menghubungiku. Aku menyentuh tombol hijau dan mulai
mendekatkan ponsel itu ke telingaku.
“yeoboseyo?”
“aku tau kau masih mencintai yeojachingumu yang bernama Hee Rin itu. Dia menghilangkan? Aku tau keberadaanya sekarang!”
“nuguseyo?”
“Janeun Junho imnida. Kalau kau ingin yeojachingumu, Hee Rin kembali
kau harus menuruti kemauanku. Kita bertukar. Berikan aku yeojachinguku,
Hie Mi. Maka aku akan memberikanmu Hee Rin..”
Tutt.. sambungan telfonnya terputus. Aku menelan ludah. Ini pilihan yang sulit. Apa yang harus ku lakukan?
Aku
menatap nanar Hie Mi yang saat itu tengah asik membaca majalah sambil
memakan cemilan yang dibelinya. Ini berat. Aku harus melepaskannya demi
Hee Rin yang sangat ku cintai itu. Ya, aku harus mengorbankan perasaan
Hie Mi demi Hee Rinku. Bagaimana juga, aku sangat merindukan Hee Rin dan
aku sudah lama memimpikan untuk bertemu dengannya lagi.
Akhirnya ku putuskan untuk dengan pasrah menyerahkan Hie Mi demi Hee
Rin. Mianhae Hie Mi-ah.. jeongmal Mianhae.. gumamku pelan..
-_________________________________________-
Hie Mi POv
Entah kenapa hari ini sikapnya dingin padaku. Ia tidaklah seperti
biasanya. Tersenyum pun tidak. Aku merasakan ada hal aneh yang
ditutupinya. Bayangkan saja, pagi ini dia menyuruhku untuk ikut
bersamanya. Dia bilang akan mengajakku ke padang ilalang. Dan semoga
saja bukan hal buruk yang terjadi padaku. Tuhan..
Aku menghela
nafas ketika kami tiba di padang ilalang. Dia melangkah mendahuluiku.
Aku mengikutinya. Padang ilalang, tempat yang memberikan kedamaian
untukku. Di tempat ini juga tersimpan kenanganku dengannya yang takkan
mungkin aku lupakan. Sudah terukir dengan jelas di ingatanku..
Aku merentangkan tanganku dan merasakan hembusan angin membelai wajahku
ini. Seketika gerakanku terhenti ketika mendapati mobil Junho yang
dituju oleh Lee Joon. Senyuman yang mengembang di pipiku terhapus.
Berubah dengan tatapan terkejut dan ini benar-benar diluar dugaanku. Lee
Joon berjalan mendahuluiku. Dari dalam mobil keluarlah Junho dan
seorang yeoja yang terlihat lemas. Wajahnya pucat dan untuk berjalan pun
ia dibantu Junho.
Aku mengehentikan langkahku. Begitu juga Lee
Joon. Junho mengisyaratkan kepada Lee Joon untuk segera membawaku. Aku
menatpnya nanar.
Lee Joon meraih tanganku dan menariknya lembut.
“kajja!” ujarnya.
“shireo!” . “kajima.. kajima-ah.. kajima-ah..” lirihku. Mataku mulai
terasa memanas. Air bening sudah terasa membendung di mataku. Aku
mengingat kenangan saat dia menyatakan perasaanya padaku. Dan saat dia
menciumku. Rasanya sakit!
Dia melangkah mendahuluiku lagi. Aku menarik tangannya.
“kajima-ah.. kajima-ah.. kajima-ah..” lirihku berulang kali padanya.
Dia terdiam. Menatapku datar. Lalu kembali menatap Junho yang saat itu
tengah bersama seorang yeoja. Tunggu, sepertinya aku mengenali yeoja
itu. Ha! Dia yeoja yang ada di foto album itu bersama Lee Joon. Ya
tuhan! Aku tak sanggup! Ini begitu sakit!
Aku berusaha
menahannya sekuat tenagaku. Namun apa? Dia malah melepaskan tanganku.
dan meneruskan langkahnya. Air bening mengalir di pelupuk mataku. Aku
tak menyangka dia setega ini padaku. Demi yeoja itu dia tega
melepaskanku. Airmataku mengalir begitu deras.
kumohon jangan katakan itu , mengapa kau tinggalkan aku?
hatiku menangis , dadaku menangis , aku pun menangis..
tak akan ada kata perpisahan , jangan buka kata itu lagi
jangan katakan selamat tinggal untuku!!
Aku melihatnya semakin menjauh. Dia merangkul yeoja yang di bawa Junho
tadi dan berlalu meninggalkanku. Aku terpaku melihatnya.
Tiba-tiba seseorang memeluk tubuhku dengan erat, di angkatnya tubuhku
ini dan di bawa paksanya masuk ke dalam mobil sean putih miliknya. Aku
berusaha memberontak sekuat tenagaku. Namun apa daya, dia namja sangat
kuat!
“andwae!! Junho-ah lepaskan aku!!” bentakku sambil berusaha terus memberontak.
“aku tidak akan melepaskanmu lagi yeoja babo!!”
“andwae!! Joonie-ah!! Joonie-ah!!” pekikku dengan sekuat tenagaku. Lee
Joon berbalik menatapku sekarang. Ia mengusap airmata yang membasahi
pipinya. Lalu berbalik lagi meninggalkanku. Aku terbelalak. Kenapa
responnya hanya seperti itu? Apakah dari awal dia hanya ingin
mempermainkanku?..
“Junho-ah!! lepaskan aku!!” bentakku terus dan terus sekuat tenagaku tentunya.
“diam!!” ia makin mempererat pelukannya. aku menangis menatap punggung Lee Joon yan mulai menjauh. Teganya dia!!
Aku trus menangis hingga mendapatkan sedikit tamparan di wajahku. Aku
menatap Junho dengan nanar. Dia ini manusia atau binatang?!!
Semakin lama tubuhku semakin tak berdaya. Junho berhasil memasukkanku
ke dalam mobil sedan putihnya. Dan membawaku pergi entah kemana.
Sepertinya dari sinilah kehidupan kelamku akan kembali di mulai..
THE END~~
Huwee T.T akhirnya selesai juga ini FF >< setelah seharian ngerjain muehehe xD
Oh
iya FF saya ini sangat terinspirasi dari MV davichi yang Don’t say good
bye. Karena jujur itu MV menyentuh bgt! Tapi kalo FF say ga menyentuh
gapapa dong? Hhee xD
Ah udah ah, ngebacot muluk nih!! Aku capek tanganku pegel T.T
Jangan lupa RCL (Read, Comment, Like) !! karena dengan begitu tandanya kalian menghargai karyaku xD
Oh iya satu lagi, aku ga pake main cast Lee Donghae karena mau buat yang beda xD
ANNYEONG!!