“makasih buat semua yg kamu kasih ke aku! Makasih juga buat 1tahun ini kamu udah mau jadi pengisi hati aku! Sebenernya berat buat aku ngomong ini, tapi aku gak mau lama-lama nyimpen semuanya. Yg ada aku bakalan tambah sakit! Dan aku mau, mulai saat ini, detik ini juga kita gak ada hubungan apa-apa lagi. Semoga kamu dapet yg lebih dari aku..”
“dan satu lagi, mm.. aku mau kamu jauhin aku dan jangan ingetin aku lagi tentang kenangan kita. Oke!!”
_______________________
Ku coba hadapi walau pahit terasa di relung hati
Harus ku lewati seakan semua tiada pernah terjadi
aku masih tertegun, kala mengingat kata-kata yg seseorang ucapkan padaku 2bulan lalu. Perlahan tetes demi tetes butiran air bening membasahi pipiku. Lagi-lagi aku mengingatnya, yang kini entah dimana. Semenjak kejadian itu, aku tak tau lagi dia dimana, dan bagaimana kabarnya. Semenjak itu juga aku kehilangan kontak dengannya, tapi itu juga karna dia yang menginginkannya.
semakin jauh anganku kembali mengingatnya. Sesosok pria berwajah oriental, berkulit coklat, dan bermata sipit itu masih trus melayang-layang di fikiranku. Dengan sekejap, aku berusaha melupakanya! Berusaha menghapus semua tentangnya!. Tapi apalah dayaku, aku hanya manusia biasa. Dan sampai detik ini pun aku tetap tak bisa melupakan segala tentangnya. Ya tuhan Bantu aku :’(
ku dekap erat boneka beruang besar hingga nafasku terasa sesak. Air bening dari mataku semakin deras mengalir, bibirku terasa bergetar seakan mengikuti irama perihnya hatiku. Mengapa dia pergi? Di saat aku sangat-sangat membutuhkannya.
_____________________
Oh, haruskah ku benamkan diri meratapi?
Tenggelam sesal yg terjadi
Tersisa bersama hampa rasa ..
Hari demi hari semakin bergulir. Tapi aku tetap saja tak bisa berpindah dari lingkaran perih yang sudah hampir menyelimutiku 1tahun ini. astagaa, betahnya dia! Ingin rasanya aku hilang ingatan, dan dengan segera kenangan tentangnya cepat hilang dari fikiranku. Seperti papan tulis putih yang terdapat banyak coretan, namun dengan mudahnya di hapus oleh sang penghapus.
Namun, semuanya tak semudah seperti apa yang aku bayangkan. Perih ini tetap saja tak berkutik dari hatiku. Bisa gila aku lama-lama bila harus seperti ini! mengapa begitu sulit melupakannya? Padahal dia hanya sesosok manusia biasa! Sama sepertiku, namun beda jenisnya.
“argh..” aku menjambak kuat rambutku sendiri. Berharap agar semua perih ini ikut merasakan hatiku yang hampir lumayan setahun ini merasakan luka. tak terasa linangan air bening mengalir deras melewati pipiku. Aku merutuki diriku sendiri, bisa-bisanya aku selama 1tahun ini masih terus saja menyimpannya dalam hatiku.
“KAPAN SIH KAMU BISA MENGHILANG DARI FIKIRAN AKU?! AKU CAPEK! SETAHUN INI TERUS-TERUSAN NGINGET KAMU! ” aku berteriak sekencang-kencangnya. inilah salah satu cara yang menurut teman-temanku adalah cara baik untuk melupakan seseorang. Tapi bagiku ini sama saja! Lebih baik aku di suruh merobek-robek semua fotonya daripada begini! Eh, tunggu dulu.. apa yang aku katakan sebelumnya? Merobek fotonya? Mm.. ide yang lumayan bagus! . aku bergegas menuju laci kecil di sudut kamarku. Seingatku, aku menyimpan beberapa fotonya di sana. Tapi itu juga kalau aku tidak lupa. Hha. Dengan gesit, aku mencari beberapa lembar foto wajah seseorang. Helai demi helai kertas ku buang percuma ke lantai. Debu-debu berterbangan kesana dan kemari. Hacim..! tanpa tersadar aku pun bersin, tiupan angin bersinku membuat beberapa helai kertas yang masih menumpuk tadi berterbangan, dan.. yap! Ini dia foto-fotonya. Astagaaa... sudah berapa lama aku tak menengoknya? Foto itu penuh debu! Namun, tidak terlihat kusam ataupun lusuh.
Kini ku hanya ingin lupakan semua
Mengenangmu menyesakkan jiwa
Kan ku hapus air mata hingga ku dapat sembuhkan luka
Aku mengambil beberapa lembar foto tersebut. Aku tersenyum kecil, lalu bersiap merobeknya. Dan.. perlahan namun pasti, foto itu kini menjadi serpihan-serpihan kecil.
“aku harap, dengan ini aku bisa ngelupain kamu, aku harap bisa buka lembaran baru hiduku tanpa kamu! Buat kamu yang entah dimana sekarang, aku Cuma mau bilang.. MAKASIH karna kamu sempet tinggal di hati aku, dan udah buat hidupku bahagia, walaupun Cuma sebentar..” aku menggantungkan sisa kata-kataku tadi, terdengar helaan nafas yang terdengar begitu menyesakkan.
“maafin aku..”
____________________
Aku menyentuh tuts-tuts didepanku. Terdengar not-not yang saling berhubungan ditelingaku. Perlahan, aku sedikit mempercepat pergerakan jari-jariku. Alunan-alunan yang begitu lembut itu membentuk sebuah lagu. perlahan ku pejamkan kelopak mataku. Mulai mendalami setiap bait-bait syair lagu tersebut. Entah mengapa, jari-jari tanganku spontan saja beradu dengan tuts-tuts yang ada di depanku ini, dan memainkan sebuah lagu ber-genre mellow.
Saat aku tertawa
Di atas semua
Saat aku menangisi
Kesedihanku
Aku.. ingin engkau
Selalu ada
Aku.. ingin engkau
Aku kenang
Selama aku masih bisa bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan selalu memujamu
Meski ku tak tau lagi
Engkau ada di mana ..
Dengarkan aku.. ku merindukanmu ..
Saat aku mencoba
Merubah segalanya
Saat aku meratapi
Kekalahanku
Aku.. ingin..
Engkau selalu ada
Aku.. ingin..
Engkau aku kenang
Selama aku masih bisa bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan selalu memujamu
Meski ku tak tau lagi
Engkau ada di mana ..
Dengarkan aku.. ku merindukanmu ..
Perlahan aku membuka kelopak mataku. Aku melihat sekeliling. Hampa. Hanya ada aku di sini, dan sebuah piano besar berwarna hitam yang ada di depanku kini. bukan ini yang aku harapkan! Batinku bergejolak. Air bening kembali menetes untuk yang kesekian kalinya lagi. Astaga! Aku tak kuat jika harus menahanya untuk tidak mengalir. Aku manusia! Jadi wajar saja jika berulangkali menangis hanya karna masalah seperti ini.
“aku merindukanmu..”
_______________
“hei vi.. sendirian aja nih?” aku merasakan tangan seseorang memegang pundakku lembut. Spontan membuatku harus membalikkan badanku dan memandangnya. Ternyata zeze. Mau apa dia..
“gak liat?” jawabku ketus
“yee, sensi banget sih mbak. Gue kan Cuma basa-basi doang..” terlihat semburat kekecewaan di wajahnya. Aku tersenyum jahil. Memangnya enak di kerjain. Hha
“gak perlu basa-basi kali ze..”
“ya abisnya kalo gue langsung duduk di samping lo, eh ntar tiba-tiba malah ada yang punya lagi..” ucap zeze dengan nada agak sebal. Aku malah makin tertawa melihatnya.
“astaga zezekuuu... emang lo pernah liat gue duduk berdua selain sama lo? Hah? haha” zeze terlihat sedang berfikir sejenak.
“pernah. Tapi seinget gue sih itu setahun yang lalu.. ”
“haha.. inget aja lo ze..” aku menonjok lengan zeze perlahan. Terlihat ia meringis kesakitan sambil berusaha membalasnya.
“gue gitu, apasih yang gak gue inget tentang gabriel?” dia tertawa.
“udah ah ze.. gak perlu di bahas..”
“kenapa sih vi? Memangnya salah?” tanya zeze padaku dengan tatapan heran.
“bukanya salah atau apa ze, tapi.. gue gak mau nginget itu lagi! Cukup! Hati gue udah terlanjur sakit, dan gak mau lebih sakit dari ini” aku menunduk. Berusaha menetralkan perih hatiku yang mulai berkecamuk lagi.
“maaf vi, gue gak ada maksud buat ngingetin lo sama si gabriel lagi..” terasa lengan zeze merangkulku. aku paham. Mengapa zeze mengatakan itu. Karna .. gabriel adalah cinta pertama buat zeze, namun.. aku begitu bodohnya! Merenggut semua kebahagiaan yang zeze miliki waktu itu. Aku benar-benar merasa bersalah padanya. Mungkin rasa bersalahku kini akan trus menghantuiku, bagaimana tidak? belum sempat aku meminta maaf padanya, namun zeze sudah memaafkanku dengan mudahnya. Dan dia hanya berkata “lo sahabat gue vi,sahabat kecil malahan.. jadi masalah ini kita anggep aja ujian yang gak perlu di ambil pusing. gue seneng kok ngeliat gabriel bahagia sama lo. Semoga kalian langgeng ya”. Sungguh bahagianya hidupku, memiliki sahabat sepertinya.
“hei vi, ngelamun aja kerjaan lo! Haha”
“haha enggak kok ze, lo Cuma lagi merenung aja gue mah..”
“itu sama aja dodol!” zeze mencubit pipiku pelan. Wajahnya terlihat gemas sehabis mencubitku. “pipi lo bakpao banget sih vi, geregetan gue pengen nyubit trus..”
“eh jangan cubit-cubit deh. Pipi gue limited edition tau.. haha” ucapku perlahan. Sambil tertawa tentunya.
Hari itu kami habiskan berdua dengan penuh canda dan tawa. Tak terbesit hari itu ingatanku tentang gabriel. Yap! gabriel adalah orang yang selama ini membuatku seperti ini. walaupun ini sudah hari yang ke setahunya dia meninggalkanku tanpa alasan yang pasti, tapi aku tetap saja tak bisa melupakanya. Mungkin aku terlalu sayang? Atau terlalu cinta? Aaah! Aku tak tau.. yang jelas perasaan ini selalu menyiksaku. Bahkan bisa membuatku gilaaa! Enough! Enough!
_____________
Malam ini bulan terlihat begitu indah, tepat di depan sebuah kursi di tengah taman kompleks rumahku. Tak biasanya bulan memancarkan cahaya indahnya seperti itu. Aku terdiam sejenak. Menghela nafas pelan dan menghembuskanya. Mencoba memejamkan mataku, dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajahku. Sejuk dan tenang..
“boleh gabung?” suara lembut seseorang mengagetkanku. Aku pun menoleh ke arah suara itu berasal. Astaga... dia....
“rio..” aku terkejut. Saat menatap seseorang yang mengagetkanku tadi. Ternyata dia rio. Sepupu dekatnya gabriel.
“lo tau darimana kalau gue ada di sini?”
“gue bisa ngerasain vi, haha” jawabnya dengan nada agak mengejek.
“serius ih! Jangan2 lo ngikutin gue ya? Hah?”
“haha santai aja deh vi. Apa sih yang gue gak tau tentang lo vi? Haha . gue kesini Cuma mau ngasih tau lo tentang sesuatu. Yaa, tapi itu juga kalo lo mau denger.. ”
“emang mau ngasih tau apa?” aku menatapnya heran. Tak biasanya dia mengampiriku malam-malam seperti ini.
“lo masih inget gabriel?” dia tertunduk. Kedua telapak tanganya di kepalkan.
“gak! Buat apa gue nginget orang yang gak sepantasnya gue inget!” jawabku ketus. Kenapa? Di saat aku belajar melupakanya, ada saja seseorang yang mengingatkanku padanya.
“lo tau gak dimana dia sekarang?” dia menatapku. Dalam.. dalam.. dan.. terlihat setiitik sinar yang terlihat memancarkan cahaya kesedihan. Hey, ada apa ini!
“gak! Dan gue gak akan pernah mau tau!” jawabku. lagi-lagi dengan nada ketus.
“yakin?” tanyanya memastikan. “gue yakin kok, lo itu masih sepenuhnya sayang sama gabriel kan? Gengsi lo gede banget! Jujur aja bisa kali. Mata lo gak bisa bohong.”. astagaa! Benar sekali apa katanya. Aku memang sepenuhnya masih sayang gabriel.. tapi, di satu sisi aku harus mencoba melupakanya.
“kok diem? Lo mau tau gak tentang gabriel?” rio bertanya lagi. Kali ini nadanya agak tinggi. Mungkin dia sudah terlanjur rada sebal denganku.
“oke. Emang apa yang harus gue tau tentang gabriel?”
“sebelumnya gue minta maaf banget karna baru ngasih tau lo sekarang. Karna gue fikir inilah saat yang tepat..”
“ih, udah dong yo ceramahnya.. buruan kasih tau ngapa! Gue ngantuk nih..” ucapku tak sabar.
“iya-iya bawel. Lo tau kenapa gabriel ninggalin lo gitu aja? Lo tau gimana perasaan gabriel waktu dia harus ninggalin lo gitu aja? Lo tau kenapa dia bilang lo gak perlu nginget semua kenangan tentang dia? Lo tau vi?” dia menatapku, dengan nada agak lemah. Sorot matanya begitu tajam. aku tak sanggup..
“jawab vi..” dia mengguncang hebat bahuku. aku hanya menggeleng lemah sambil tertunduk.
“itu semua karna dia, dia harus berobat keluar negri vi! dia mengidap penyakit leukimia. Dan dia minta gue buat ngerahasiain ini semua dari lo, sampai dia sembuh. Dia gak mau ngerepotin atau bikin lo khawatir..”
“gak! Gue gak percaya! Selama ini gue lihat dia baik-baik aja.” Mataku memerah kini. dadaku sesak! Fikiranku kacau.. aarg! Aku menjambak rambutku sendiri.. lalu jatuh terduduk bersandarkan kursi kayu di belakangku.
“vi, dengerin gue. Gue tau lo sayang banget sama dia. Tapi cobalah lo terima keadaan ini. semua manusia gak sempurna vi! Pasti ada saja cobaan yang di terimanya. Dan gue yakin, ini cobaan buat lo dan gabriel. Lo harus kuat..”
Akhirnya, air bening ini lagi- dan lagi-lagi mengalir membasahi lintasan pipiku. Aku tak sanggup menahanya. Bendungan itu semakin lama semakin membuatku tak tahan! Aku menangis lagi. aku benar-benar cewek lemah! Argg! Hanya karna seperti ini, aku menghabiskan butiran airmataku.
Aku menghela nafas perlahan. “gabriel pasti udah sembuh. Nih buktinya lo dateng ke gue yo.. anterin gue ketemu dia ya..”
“lo yakin vi? Mau ketemu dia? Gue takut semakin gak sanggup dan lo bakalan down..”
“gue gapapa kok yo! Nih buktinya..” aku menghapus sisa-sisa butiran airmata yang masih terlihat di kelopak mataku..
“oke.. gue bakalan nganterin lo.. tapi lo harus janji ya, apapun keadaanya, dan gimana pun.. lo harus kuat!” pintanya. Aku tersenyum kecil. Aku harus yakin! Aku bisa bertemu gabriel! Yang sudah setahun ini tak ada kabarnya..
_______________________
Kali ini, kami berdua tiba di sebuah taman tak jauh dari taman kompleks rumahku. Taman ini sepi. Rada gelap. Dan tercium aroma wangi-wangian bunga dan tanah basah.
Ada apakah sebenarnya?
Kulitku seketika merinding. Aku merasakan ada hawa lain yang menyelimutiku.
Ayodong vi, jangan negatif thinking. Mungkin saja aku hanya kedinginan.
Aku trus mengikuti langkah kaki rio, yang semakin lama semakin membawaku jauh dari pintu utama taman tersebut.
Tak lama, rio jatuh tertunduk di depan sebuah nisan berwarna putih itu. Wajahnya terlihat menahan tangis. Lalu dia mengisyaratkanku untuk mengikutinya.
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Saat mengetahui sang pemilik nisan tersebut. Tertulis nama gabriel s.d , beserta tanggal lahir dan tanggal di makamkannya. Aku terkejut, saat membaca tanggal sewaktu ia di makamkan. 11 november 2010 . astaga tuhan! Itu setahun yang lalu. Jadi.. selama ini, gabriel menghilang dan tak memberiku kabar karna... tak perlu di teruskan. aku tak sanggup! Air bening mengalir lagi.. kali ini begitu deras.
“yel, kenapa lo gak pernah cerita sama gue kalo lo punya leukimia? Kenapa? Apa lo takut gue ngejauhin lo? Hah? Jawab yel..” aku membelai lembut nisan tersebut.. rasanya aku masih tak percaya. Orang yang selama setahun ini membuatku kalang kabut memikirkanya, ternyata dia tlah tiada.. dosa apa aku?
“sabar vi, lo harus kuat.” Rio menepuk pundakku perlahan. Mengisyaratkanku untuk bersabar. YA! Aku sabar!
“dan sekarang gue tau maksud lo yel, lo bilang sama gue untuk ngelupain kenangan kita. Gue tau! Lo gak mau kan gue tambah menderita? Lo gak mau kan ngeliat gue sedih? Hiks..”
“harusnya lo tau yel.. harusnya lo sadar! Justru kalo lo sembunyi-sembunyi gini, gue malah makin tersiksa.. lebih baik lo jujur dari awal! Biarpun keadaan lo kaya apapun, gue bakalan tetep mau nerima lo..”
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Berharap aku dapat mengontrol segala emosi dan rasa perih yang mulai menggangguku itu.
“udah vi, sekarang lo tau kan dimana gabriel? Dan gimana keadaanya?”. Aku mengangguk perlahan. Sambil berusaha bangkit dari posisiku tadi.
“sekarang kita pulang. Gue yakin, lo butuh waktu buat nerima ini semua. Lo harus tetep punya semangat vi, walaupun penyemangat lo udah gak ada.”
“iya yo.. thanks sebelumnya.”
“oke vi. Sama-sama. Tapi gue minta maaf sebesar-besarnya ya vi, karna baru ngasih tau lo sekarang. Gue bingung..”
“iya yo gapapa. Lagipula gue bersyukur kok, lo udah mau ngasih tau gue. Jadi gue gak harus trus-trusan nunggu dia..” aku tersenyum. Mencoba mengikhlaskan apa yang tlah terjadi kini. aku yakin! Di balik ini semua ada sebuah rencana tuhan yang besar untukku.
“ayok vi.. kita pulang”
“sebentar yo, gue mau ngucapin kata-kata terakhir buat gabriel.”
“oke. Silahkan vi..”
“mm.. yel, gue balik dulu yaa. Jangan khawatir, ntar gue kunjungin lo lagi kok. Gue masih punya banyak waktu. Gue tau, pasti lo kangen banget sama gue. Begitupun gue! Haha. Lo istirahat yang tenang yaa, jangan lupa inget gue. Gue sayang loo...” aku mencium nisan gabriel. Berat rasanya meninggalakan dia sendiri di sini. Aku masih merindukanya. Bahkan sangat-sangat merindukanya! . Hmm, tapi aku harus tetap melanjutkan hidupku. Walau raga kami berpisah, namun jiwa kami akan tetap satu ..
_______________
Senja kini berganti malam
Menutuphari yang lelah
Dimana kah engkau berada
Aku tak tau dimana..
Pernah kita lalui semua
jerit tangis canda tawa
kini hanya untaian kata
hanya itulah yang aku punya
tidurlah selamat malam
lupakan sajalah aku
mimpilah dalam tidurmu
bersama bintang ..
sesungguhnya aku tak bisa
jalani waktu tanpamu
perpisahan bukanlah duka
meski harus menyisakan luka ..
tidurlah selamat malam
lupakan sajalah aku
mimpilah dalam tidurmu
bersama bintang ..
lupakan.. diriku ..
lupakan aku ..
mimpilah dalam tidurmu
bersama bintang ..
aku mengakhiri permainan pianoku dengan isakan tangis.
Bagaimana tidak? aku menyanyikan lagu itu untuk seseorang yang sangat berarti bagiku. Yaa, mungkin dia tak bisa menyaksikanya langsung. Tapi aku yakin, dia pasti mendengarnya, atau bahkan merasakanya!
Yatuhan..
THE END____________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar kalian adalah semangat buat saya ^^