Semua tentang kita (˘̩̩̩.˘̩ƪ)
***
waktu terasa semakin berlalu tinggalkan
cerita tentang kita ..
akan tiada lagi kini tawamu
.. tuk hapuskan semua sedih di hati ..
"yo! Asal kamu tau.. aku
disini, kangen banget sama kamu. Aku gak tau harus gimana lagi buat ngungkapin
ini semua. Kamu tau? Berat rasanya hidup aku sekarang tanpa kamu. Gak ada lagi
yg nyemangatin aku, kalo aku lagi drop. Gak ada lagi yg ngehibur aku, kalo aku
lagi sedih. Gak ada lagi yg selalu nemenin aku, kalo aku lagi seneng. Semuanya
udah gak ada lagi yo.. Hiks.." di tengah tangisku, ku selipkan kata kangen padanya. Yap! Memang itulah yg
sedang ku rasakan kini. Aku sangat-sangat merindukanya yg kini sudah tenang di
sana..
Ya tuhan, kenapa kau renggut
semuanya dariku? Di saat aku baru merasakan indahnya dunia, dengan sekejap saja
kau hancurkan itu! Hanya satu yg aku inginkan.. kembalikan sahabatku :(
kembalikan ia dalam keadaan yg lebih baik dari sebelumnyaa, aku mohon itu!
*flashback on*
Ada cerita tentang aku dan
dia .. Dan kita bersama saat dulu kala ..
"ayo dong fy. Larinya lebih
kenceng lagi!" rio menarik pergelangan tanganku. Dan mengajakku berlari
menuju kelas, karna beberapa menit yg lalu bel tanda masuk baru berbunyi.
"aduh yo,
pelan-pelan dong larinya.. aku capek tau"
"ntar kalo
pelan-pelan keburu bu winda masuk. Bisa di hukum kita kalo telat masuk
kelas" dengan nada agak tinggi, rio memaksaku untuk berlari dengan cepat.
Yah! Walaupun lelah, apaboleh buat. Toh daripada kena hukum.
Rio
memberhentikan langkah kakinya dengan gesit, saat kami berdua tiba di depan
kelas. Argh! Sial! Kami keduluan bu winda. Siap-siap saja kena hukum.
"permisi.."
rio memberanikan diri masuk ke dalam kelas. Yah walaupun dia sudah tau
resikonya bakalan di hukum. tapi tetap saja dia bersikukuh untuk masuk ke
dalam. Berharap deh bu winda lagi baik hati, dan tidak memberi kami hukuman. :D
haha
"darimana
saja kalian? Bel kan sudah berbunyi beberapa menit yg lalu. Kenapa kalian
terlambat masuk kelas?!" dengan tatapan sangar, bu winda menatap kami
berdua. Aku hanya bisa menunduk pasrah, sembari bersiap-siap mendengarkan apa
hukuman yg akan kami terima.
"mm, tadi
ify menemani saya ke perpus bu. membantu saya mencari buku untuk tugas
biologi." Jawab rio dengan santainya. Aku mendongkak heran. Kenapa dia
berbohong? Padahal kan aku yg mengajaknya ke perpustakaan.
"ya sudah
mario. Sekarang kamu berdiri & hormat di depan tiang bendera. Dan jangan
berhenti sebelum jam pelajaraan ibu usai. Mengerti kamu?"
"mengerti
bu.." dengan langkah gontai, rio berjalan menuju luar kelas. dan
menjalankan hukuman yg di berikan padanya. Hey? Kenapa aku diam saja! Harusnya
aku juga ikut di hukum dong. ini semua bukan salah rio. Tapi salahku. Aku yg
memaksanya untuk menemaniku ke perpustakaan.
Aku berjalan
mengekori langkah rio yg tak seberapa jauh dari tempatku berdiri tadi. Semua
mata menatapku dengan tatapan heran. Peduli? Tidak! sudah sepantasnya aku
mendapatkan hukuman, sama seperti rio.
"mau kemana
kamu alyssa? Harusnya kamu duduk di bangku kamu. Bukanya mengikuti mario."
Dengan lembut bu winda menegorku yg baru saja melangkahkan kaki beberapa
langkah dari tempatku berdiri tadi.
"mau jalanin
hukuman dari ibu. Saya kan juga terlambat masuk kelas bu. sudah seharusnya saya
juga mendapat hukuman."
"ya sudah.
Sekarang juga kamu susul mario. Dan lakukan hukuman yg sudah ibu berikan.
Mengerti alyssa?"
"mengerti bu.
saya permisi dulu". Bu winda mengangguk tanda setuju. Huh! Lega rasanya.
Baru kali ini aku mau di hukum oleh bu winda, yg menurut notabenenya adalah guru tergalak di SMP-ku. Tapi
demi sahabat? Kenapa gak? Toh ini juga salahku.
***
Kini 2jam sudah aku menjalani hukuman dari bu winda. Lelah? Pastinya!
Bayangkan saja, 2jam lamanya aku dan rio harus berdiri dan hormat di depan
tiang bendera. Di temani panasnya terik matahari yg menyengat. Seperti terbakar
rasanya. Aku tak mau lagi ! huh !
"fy".
Seseorang memanggilku, sembari menepuk pundaku perlahan. Ku tengok ke arah
orang tersebut. Ternyata dia via. Sahabat baikku, selain rio.
"kenapa
vi?"
"nih. Aku
bawain kamu minum. Keliatanya capek banget yaa?" sivia memberiku sebotol
air mineral dingin. Dengan segera aku meneguknya hingga setengah botol. Huh
rasanya! Seperti di guyur air satu bak. Haha.
"thanks ya
vi. Kamu emang sahabat baikku" aku tersenyum. Memamerkan deretan karet
behel berwarna warni yg menghiasi gigiku.
"sama-sama
fy. Eh tapi tumbenan loh. Kamu mau di hukum sama bu winda? Biasanya aja paling
anti." Sivia mulai meninstrogasiku dengan sebuah pertanyaan.
"gak papa
vi, sekali-kali pengen nyoba gimana rasanya di hukum. hehe"
"huu.. dasar
kamu fy! Aneh-aneh aja sih.. tapi kayaknya bukan itu deh alasan utamanya. Pasti
karna rio kan.. " sivia menggodaku dengan menyebut nama rio. Hey apaan
ini?! Dasar sivia. Hobinya menggodaku saja! Lagian rio kan sahabatku, gak
mungkin aku suka sama dia.
"haha apaan
sih siviot ini :p. Rio kan sahabatku, sama sepertimu" aku tersenyum tipis.
Sambil berusaha menyembunyikan semburat merah di pipiku.
"yakin fy?
Awas loh perkataan adalah doa :p" huh! Lagi-lagi sivia menggodaku. Memang
salah ya kalau aku bersahabat dengan seorang pria? Gak seharusnya kan
bersahabat dengan pria harus berujung cinta? Hah! Aneh-aneh saja.
"udah ah vi!
Kamu ini. Nanti kalau jadi gosip bagaimana? kan reputasiku bisa turun".
Sivia hanya terkekeh geli mendengar ucapanku barusan. Mungkin baginya ini lucu.
Huh! "ke kelas aja yuk. Sebentar lagi bel masuk istirahat ke dua nih! Aku
gak mau kena hukum untuk yg kedua kalinya".
"haha iya-iya neng ify." Sivia merangkulku, dan
kami pun berjalan bersama menuju kelas. Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya
kami bercanda ria. Menghilangkan stress sesaat lah. :D
***
Ada cerita tentang masa yg
indah .. saat kita berduka saat kita tertawa ..
Aku merebahkan tubuhku yg terasa
lelah ini. Seharian ini banyak hal yg aku lewati. Mulai dari insiden
penghukumanku dan rio. Haha .. tak kan pernah bisa aku lupakan kenangan yg
memalukan ini. Memalukan? Yap! Bahkan sangat-sangat memalukan. Bagaimana tidak?
rio, seorang ketua osis di SMP-ku harus merasakan hukuman. hanya karna sebuah
masalah sepele. :D
PLUK
Tiba-tiba aku
merasakan sesuatu menimpuk kepalaku dari arah jendela. Aku langsung menengok ke
arah jendela dan mendapati rio tengah menyeringai lebar ke arahku. Aku
mendengus kesal kemudian mengarahkan pandanganku ke arah lain. Tanpa sedikit
pun mengiraukanya.
"ust...."
terdengar suara rio mendesis perlahan. Mengisyaratkan ia ingin mengatakan
sesuatu padaku.
PLUK
Lagi-lagi ia
menimpuk kepalaku dengan bola kertas. Sial! Apasih maunya.
"kenapa sih
yo? Sakit tau kepalaku kamu timpukin kaya gitu.." aku mendengus kesal
sembari menghampirinya yg sedang berdiri di depan jendela kamarku.
"ke taman
kompleks yuk! Ada sesuatu yg mau aku kasih ke kamu.."
"kenapa gak
besok aja di sekolah? Ini udah malem yo. Aku takut gak di ijinin sama
papa". Aku tersenyum tipis. Namun tergambar jelas raut kekecewaan di
wajahku.
"aku takut
kalo besok gak ketemu sama kamu lagi fy." Raut wajah rio seketika berubah.
Aku tak tau pasti apa maksud ucapanya itu. Apakah dia akan pindah rumah? Atau
pindah sekolah? Ah! Janganlah terjadi.
"haha maksud
kamu apa sih yo? Kamu pasti masih ketemu aku kok. Kita kan udah janji bakalan
bareng-bareng trus" aku tertawa. Berusaha menghilangkan perasaan aneh yg
ku rasakan kini. Ya tuhan, jangan pisahkan kami berdua!
"bukanya
gitu fy! Tapi... mm ya sudah deh pokoknya kamu ikut aku sekarang ke taman
kompleks. Daripada besok kamu nyesel gak ketemu sama aku lagi."
"iya iya..
aku ikut.. tapi jangan nakut-nakutin aku gitu dong. aku gak mau pisah sama
kamu".
"hmm, tapi
aku gak janji ya fy :) maaf.." rio mendesah pelan. Wajahnya begitu pucat.
Dan matanya... bukan mata yg seperti biasanya. Kenapa dia? Aneh sekali.
"kenapa yo?
Kok kamu jadi aneh gini sih sekarang."
"aku mohon
fy. Kamu jangan banyak tanya ya. Pokoknya ikut aku aja ke taman. yuk"
tanpa banyak kata. Rio menarik pergelangan tanganku. Tanganya dingin. Aku
merasakan itu. Ya tuhan isyarat apakah ini?
***
Setibanya di taman, rio langsung
mengajakku duduk di sebuah kursi di bawah sinaran lampu taman itu. Cuaca
terlihat mendung dan udara saat itu terasa dingin, hingga menusuk ke tulang.
Semuanya aneh! Batinku berkata.
"mm, fy. Aku
mau kamu nyimpen kalung ini sebagai tanda persahabatan kita ya" rio
menyerahkan sebuah kotak berwarna biru berhiaskan pita merah muda kepadaku.
Dengan perlahan, ku buka kotak itu. Dan, betapa terkejutnya aku. Dia memberiku
sebuah kalung bertuliskan nama RiFy. Kalian tau? RiFy? Rio dan Ify :D. Astaga!
Dia baik sekali.
"yo..
seharusnya kamu gak perlu ngasih kaya gini ke aku. Walaupun tanpa benda kaya
gini, aku akan tetep jadi sahabat kamu selamanya."
"bukanya
gitu fy. Aku Cuma gak mau aja nantinya kalo aku udah gak ada. Kamu bakalan ngelupain
aku.". aku menatap rio heran. Udah
gak ada? Maksudnya apa? Apakah rio bakalan....... ih! Apaan sih. Aku gak
boleh mikir aneh-aneh deh. Anggep aja Cuma angin lewat. Ayodong ify! Positive
thinking aja!
"haha kamu
ngomong apa sih yo? Dari tadi ngaco terus nih. Omongan kamu itu buat aku takut
tau. Udah yaah.. jangan ngomong yg aneh-aneh lagi." aku berusaha tersenyum
kali ini. Berharap dapat melupakan ketakutanku yg timbul baru-baru ini.
"maaf fy.
Kalo kamu jadi takut. Aku gak bermaksud buat nakut-nakutin kamu. Aku Cuma
ngingetin kamu aja.." rio tersenyum getir. Membuatku semakin penasaran.
Kenapaa diaaa? Aaaaa!
tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya. Kali ini hujan turun tak sendiri, melainkan di temani
gemuruh suara petir dan kerlipan cahaya kilat. Aku masih duduk terdiam di atas
kursi taman. Perasaanku mulai bercampur aduk tak karuan. Pertanda apa lagi ini?
"fy, pulang
yuk. Hujan nih. Nanti kamu sakit" ucap rio dengan nada datar. Tanpa
semburat senyum yg menghiasi pipinya.
"gak mau yo.
Aku masih pengen di sini."
"fy.
DENGERIN AKU BISA?!" terdengar suara bentakan terucap dari mulut rio. Yg
membuatku mematung sesaat. Baru kali ini rio membentakku, baru kali ini!
"maaf
yo...." aku mendunduk, berusaha menyembunyikan linangan sungai kecil di
mataku.
"yaudah ayuk
pulang!" rio menarik pergelangan
tanganku. Dingin itu kembali aku rasakan. Sentuhanya. Berbeda dari yg biasa. Semoga
ini hanya firasatku saja!
***
Hari yg cerah kini berubah menjadi kelam. Sinar mentari, lama-kelamaan
mulai tertutup gumpalan awan hitam yg sebentar lagi menjadi hujan. Sepertinya
langit mengerti tentang perasaanku kini.
Hujan mulai turun perlahan, ketika proses pemakaman rio baru selesai. Gundukan
tanah merah itu, kini menjadi tempat peristirahatan rio yg terakhir. Tak pernah
ku bayangkan sebelumnya. Dia akan pergi secepat ini. meninggalkanku dan semua
kenangan yg pernah kami lewati bersama.
"kamu jahat
yo! Jahat! Mana janji kamu? Katanya kamu gak akan ninggalin aku. Katanya kamu
bakalan selalu ada di deket aku. Mana yo? Mana? Hiks.." aku terduduk di
samping nisan bertuliskan nama MARIO STEVANO ADITYA HALING. Dengan linangan air
mata yg tak henti-hentinya mengalir membasahi pipiku, aku trus saja merutuki
kepergianya.
"udah lah
fy. Kamu jangan kaya gini. Biarin rio tenang di sana". Perlahan, aku
merasakan lengan via merangkulku. Mungkin ia berusaha menenangkanku kali ini.
"aku gak
akan pernah rela vi. Ngelepasin rio pergi. Hiks.."
"ini takdir
fy. Kamu harus sabar."
"hiks.. Tapi kenapa rio gak pernah cerita sama aku
kalo dia kena kanker otak yg udah stadium akhir? Dia malah nnyimpen semua
penderitaannya sendiri. Apa dia gak nganggep aku sahabatnya vi : ( ?"
"dia
nganggep kamu sahabat kok. Mungkin dia kaya gini, karna dia gak mau ngerepotin
kamu. Udah deh positive thingking aja. Ini cobaan buat kamu fy. Yakin aja lah,
semuanya bakalan baik-baik aja. Kamu cuma butuh waktu buat ngerenungin ini
semua. Sekarang kita pulang aja yuk. biarin rio istirahat dulu. Kan besok-besok
kita masih bisa kesini." terasa tangan via memegang bahuku. sepertinya ia
mengisyaratkan aku untuk pulang bersamanya, dan mencoba menerima ini semua
dengan ikhlas.
Aku berdiri perlahan. Ya tuhan kuatkan aku!
Dengan langkah gontai, aku meninggalkan tempat peristirahatan rio yg
terakhir. Berat rasanya meninggalkan sahabat terbaikku sendiri di sana. Tapi
apaboleh buat, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya tak mungkin bisa kembali
seperti apa yg aku harapkan.
*flashback off *
Teringat di saat kita
tertawa bersama ceritakan semua tentang kita..
Kini, hanya tinggal kenangan masa
lalu yg mampu menghilangkan rasa rinduku padanya. Walaupun hanya sebatas
kenangan, tapi aku bersyukur. Aku pernah punya banyak waktu denganya. Aku masih
mampu mengukir kenangan-kenangan indah bersamanya. Aku masih sempat melihat
dirinya untuk yg terakhir kali. aku juga beruntung pernah kenal denganya, dan
bisa menjadi sahabatnya..
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang
kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sedih di
hati
Ada cerita tentang aku dan
dia
dan kita bersama saat dulu
kala
Ada cerita tentang masa yg
indah
Saat kita berduka saat kita
tertawa
Teringat di saat kita
tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan
dia
dan kita bersama saat dulu
kala
Ada cerita tentang masa yg
indah
Saat kita berduka saat kita
tertawa